MARET 2013: blta, sang BERLIAN, di4$4H … 10/03/2013_30/01/201empat_29042019

ets-small

blta BERANJAK dari suspensi (2019)

long jump icon

Bisnis.com, JAKARTA – Saham BBCA dan FREN menjadi penekan utama pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (1/4/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG turun 0,11% atau 7,20 poin ke level 6.461,55 pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (29/3), IHSG berakhir melemah 0,19% atau 12,03 poin di level 6.468,75. Indeks sempat rebound dari pelemahannya dengan dibuka naik 0,26% atau 16,97 poin di level 6.485,72 pagi tadi.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.444,84 – 6.492,91.

Lima dari sembilan sektor menetap di zona merah, dipimpin sektor infrastuktur (-1,55%) dan aneka industri (-0,49%). Empat sektor lainnya mampu menetap di zona hijau, dipimpin sektor properti yang menguat 2%.

Secara sektoral, saham FREN (-12,90%), TLKM (-0,51%), TOWR (-4,46%), dan BLTA (-34,38%) menjadi penekan utama pelemahan sektor infrastruktur siang ini.

Sementara itu, sebanyak 162 saham menguat, 206 saham melemah, dan 261 saham stagnan dari 629 saham yang diperdagangkan.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) yang masing-masing turun 1,17% dan 12,90% menjadi penekan utama koreksi IHSG siang ini berdasarkan kapitalisasi pasar.

Adapun berdasarkan persentase, saham PT Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) yang anjlok 34,38% membukukan penurunan harga saham terbesar, disusul saham PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk. (CAKK) yang anjlok 25%.

Berikut perincian saham pada IHSG pada akhir sesi I:

Lima saham penekan utama berdasarkan kapitalisasi pasar:

Kode Perubahan
BBCA -1,17%
FREN -12,90%
TLKM -0,51%
TOWR -4,46%
INKP -3,49%

Lima saham terlemah berdasarkan persentase:       

Kode Perubahan
BLTA -34,38%
CAKK -25,00%
JSKY -19,46%
SRAJ -19,23%
GHON -19,23%

Sumber: Bloomberg

doraemon

JAKARTA ID– PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) melakukan rights issue sebanyak 2,51 miliar saham baru, dengan target mendapatkan dana segar Rp 351,86 miliar.

Dana hasil aksi korporasi ini akan dijadikan modal untuk memenuhi permintaan kapal yang terus meningkat, mengingat harga kapal bekas masih sangat murah.

“Permintaan ruang kapal tanker minyak diprediksi akan naik 4% di tahun 2018 oleh Clarksons Research, sedangkan perkembangan armada hanya 1%. Berarti permintaan akan tumbuh 4 kali lipat lebih tinggi daripada persediaan yang akan mendorong penyewa berebut untuk mendapatkan kapal yang berujung pada kenaikan signifikan tarif sewa,” kata Direktur Utama PT Buana Lintas Lautan Tbk, Kevin Wong di Gedung Bursa Efek, Kamis (21/6).

Pada 2015 tarif sewa kapal naik dari US$ 15.000/hari menjadi US$ 30.000/hari dalam waktu 1 tahun dengan hanya gap 1% dimana permintaan lebih tinggi daripada persediaan. Dengan gap 3% tahun ini atau 3 kali lipat lebih baik daripada 2015, tarif sewa berpeluang meningkat jauh lebih signifikan.

Dampak peningkatan tarif sewa kapal sangat besar pengaruhnya terhadap laba bersih BULL. Pasalnya, setiap peningkatan tarif charter US$ 1.000/hari di setiap kapal BULL akan meningkatkan laba bersih per tahun per kapal sebanyak US$ 365,000. Sedangkan armada BULL saat ini 17 kapal dan akan terus berkembang.

“Dengan dukungan keuangan dan pendanaan yang andal, dapat diyakinkan bahwa BULL akan mencapai kinerja yang jauh lebih baik lagi daripada tahun 2017,” kata Kevin.

 

Beyond cabotage

Pertumbuhan industri transportasi angkutan laut –selain dari segmen minyak dan gas–,juga akan tumbuh sangat signifikan sejak Presiden Joko Widodo memberikan penguatan Asas Cabotage menjadi Beyond Cabotage.

“Perseroan juga mendapatkan permintaan untuk kapal pengangkutan batubara, dimana sesuai dengan peraturan Beyond Cabotage, Permendag Nomor 82 Tahun 2017, pada Mei 2020, ekspor batubara dan CPO harus diangkut oleh kapal perusahaan pelayaran Indonesia. BULL juga ingin merambah ke bisnis batubara dan ikut ambil bagian mendukung Peraturan tersebut dan rencananya tidak lama lagi akan ada realisasinya,” lanjut Kevin Wong.

Ini, jelas dia, tentunya prospek yang sangat besar karena Indonesia adalah negara pengekspor batubara terbesar dengan ekspor lebih daripada 300 juta ton per tahun ditambah dengan permintaan dalam negeri yang sekitar 100 juta ton per tahun.

 

Nilai BULL

Dana dari rights issue akan mempercepat pertumbuhan nilai perusahaan yang berimplikasi peningkatan nilai perusahaan secara berkesinambungan. Secara historis, BULL menggunakan dana dari pasar modal dengan produktif.

Pada tahun 2017, dengan tambahan dana Rp240 miliar BULL meningkatkan kapasitas armadanya dari di bawah 600,000 DWT menjadi 850,000 DWT atau lebih dari 40%. Hal ini mendorong harga saham naik dari sekitar Rp 100, sebelum rights issue di tahun 2017 sampai titik tertinggi di atas Rp 250.

Didukung dengan rights issue sekarang yang lebih besar dan juga aksi korporasi lainnya yang direncanakan, ke depan BULL berpotensi besar mendapatkan laba bersih yang meningkat secara berkesinambungan dan signifikan.

“Didukung prospek dalam negeri yang sangat cemerlang dengan komitment pemerintah dalam hal maritim dan juga penguatan pasar luar negeri yang sangat menjanjikan, kami yakin BULL akan mencapai nilai pasar yang jauh lebih baik daripada sekarang,” kata Kevin, seperti dilansir mediaemiten.com. (PR/gor)

doraemon

PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) meraih pendapatan usaha sebesar US$10,84 juta hingga periode 30 Juni 2017 naik dari pendapatan usaha tahun sebelumnya yang US$8,54 juta.

Laporan keuangan perseroan Selasa menyebutkan, laba bruto diraih US$1,64 juta naik dari laba bruto US$951,32 ribu tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak penghasilan diraih US$2,06 juta usai mencatatkan rugi sebelum pajak US$5,17 juta tahun sebelumnya.

Hal itu diantaranya karena turunnya beban administrasi menjadi US$1,96 juta dari US$5,62 juta dan naiknya bagian laba entitas asosiasi menjadi US$3,40 juta dari US$1,36 juta.

Laba tahun berjalan yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk diraih US$1,98 juta dari rugi US$5,24 juta hingga Juni tahun sebelumnya. (uth

 

JAKARTA ID – PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) menargetkan kinerja keuangan mulai positif tahun ini. Pertumbuhan diharapkan.didukung atas penambahan jumlah armada dan perubahan strategi pasar.

Direktur Utama Berlian Laju Tanker Siana Surya mengatakan, perseroan fokus mencetak kinerja positif setelah membukukan peningkatan kinerja pada kuartal I-2017.

Hingga kuartal I-2017, perseroan membukukan pendapatan usaha menjadi US$ 5,5 juta atau naik 111,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 2,6 juta. Perseroan juga mulai meraih keuntungan senilai US$ 1,5 juta, dibandingkan tahun lalu mencatat rugi US$ 4,6 juta.

Siana menjelaskan, pihaknya akan memaksimalkan penggunaan delapan kapal yang dimiliki guna meningkatkan utilitas kapal. “Tahun ini lebih bagus, tapi sekarang kapal kami banyak disewakan, sehingga penghasilan stabil walaupun pasar naik turun,” ujarnya di Jakarta, pekan lalu.

Pihaknya juga memungkinkan adanya penambahan kapal tahun ini, namun masih enggan menyebutkan lebih lanjut mengenai hal ini. Sebab, penambahan akan disesuaikan dengan kondisi pasar.

Pada kuartal I-2017 perseroan menambah penggunaan kapal dari sebelumnya 5 kapal menjadi delapan kapal, menyebabkan peningkatan beban operasional menjadi US$ 4,2 juta dari tahun lalu US$ 1,8 juta atau meningkat 133%.

Saat ini, menurut dia, industri pengapalan memang belum stabil dan tiap bulan dapat berubah secara drastis. Hal ini dipengaruhi harga komoditas, khususnya harga minyak mentah yang naik turun. Meski demikian, perseroan berharap tetap bisa meraih keuntungan tahun ini.

Selain penambahan kapal, dia menjelaskan, perseroan tengah mempertimbangkan untuk mengganti lokasi pasar dengan memanfaatkan kapal eksisting. “Ganti pasar, jadi kapal itu kami ubah pasarnya. Sebelumnya ke (lokasi) mana, kami ubah ke mana,” kata dia.

Tahun ini, Berlian Laju menambah wilayah operasi ke Far East Asia dan pantai Timur India, selain wilayah Indonesia dan ASEAN. Sedangkan kontribusi terbesar adalah pengapalan produk kimia yakni 54%, pengiriman gas 44%, dan 2% produk lainnya. (c01)

doraemon

BLTA alihkan 14,79% saham BULL ke Deutsche Bank
Oleh Veri Nurhansyah Tragistina – Kamis, 30 Januari 2014 | 18:37 WIB

kontan

JAKARTA. PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) akhirnya buka suara soal transaksi pengalihan saham PT Buana Listya Tama Tbk (BULL) yang dilakukan pada Desember 2013 silam. Kala itu, BLTA mengalihkan 2,61 miliar saham atau setara 14,79% total saham BULL.
Wong Kevin, Direktur BLTA mengatakan, saham tersebut dialihkan kepada Deutsche Bank sebagai bagian dari restrukturisasi utang perusahaan. BLTA memang menjadikan seluruh kepemilikan saham di BULL sebagai jaminan (repo) atas beberapa utang.
“Pengalihan itu karena Deutsche Bank mengeksekusi saham BULL yang telah dijaminkan,” terang Kevin di Jakarta, Kamis (30/1). Pengalihan saham repo itu merupakan kelanjutan dari aksi korporasi BLTA pada Juli 2012 silam.
Kala itu, BLTA telah melego 4,23 miliar saham atau setara 23,95% total modal disetor dan ditempatkan BULL. Penjualan saham BULL dilakukan oleh BLTA dalam tiga transaksi. Pada 27 Juni 2012, BLTA menjual 1,94 miliar saham BULL seharga Rp 50 per unit dengan total Rp 97,1 miliar.
Sehari berselang, BLTA kembali melego 2,02 miliar saham BULL senilai Rp 50 per unit dengan total nilai Rp 100,85 miliar. Transaksi ketiga terjadi pada 29 Juni 2012. BLTA melepas 267,98 juta saham BULL seharga Rp 50 per unit dengan total Rp 13,4 miliar.
Dengan demikian, total transaksi penjualan saham BLTA di BULL mencapai Rp 211,35 miliar. Transaksi itu tentu menggerus porsi kepemilikan saham BLTA di BULL. Sebelumnya, BLTA merupakan pengendali BULL dengan menguasai 62,32% kepemilikan saham. Setelah transaksi ini, kepemilikan saham BLTA di BULL tergerus menjadi 38,37%.
“Selepas transaksi dengan Deutsche, kepemilikan saham di BULL sekitar 37%,” ungkap Kevin.
Editor: Asnil Bambani Amri
Bursa Efek Indonesia (BEI), memberi peringatan tertulis pada PT. Perdana Karya Perkasa (PKPK) karena telat menyampaikan laporan keuangan. Selain PKPK, PT. Berlian Laju Tanker (BLTA) dan PT. Truba Alam Manunggal Engineering (TRUB) didenda masing-masing sebesar Rp 50 juta dan 150 juta.

Karena laporan keuangan, dua emiten kena sanksi
Oleh Narita Indrastiti – Jumat, 10 Januari 2014 | 07:00 WIB

kontan

JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenakan sanksi tegas kepada emiten yang belum menyampaikan laporan keuangan Kuartal III-2013. Dari 478 total perusahaan tercatat, ada dua perusahaan yang belum menyampaikan laporan keuangan interim tersebut.

I Gede Nyoman Yetna, Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Riil dalam keterangan resmi menyebutkan, dua perusahaan yang tidak disiplin itu adalah PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) dan PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA).

PKPK belum menyampaikkan laporan keuangan Kuartal III-2013 yang diaudit sehingga dikenakan peringatan tertulis I. Sementara BLTA belum menyampaikan laporan keuangan yang tidak diaudit sehingga harus diganjar denda sebesar Rp 50 juta.

Ini bukan kali pertama BLTA terlambat menyampaikan laporan keuangan. Maklum, BLTA masih terjerat kasus utang. Saat ini BLTA tengah menyelesaikan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Kegagalan BLTA membayar obligasi sudah terendus sejak tahun 2007 lalu. BLTA pun tengah mencari jalan keluar dengan melakukan restrukturisasi atas dua obligasi dan sukuk ijarah yang diterbitkannya itu.

Selain BLTA, otoritas bursa juga mengenakan denda kepada PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (TRUB) sebesar Rp 150 juta. TRUB belum memenuhi kewajiban pembayaran denda sebelumnya meski sudah menyampaikan laporan keuangannya.
Editor: Yuwono Tri
Berlian Laju Tanker’s fate still undecided
Tassia Sipahutar, The Jakarta Post, JAKARTA | Business | Sat, March 09 2013, 12:11 PM

Debt-laden oil and gas shipping firm PT Berlian Laju Tanker (BLTA) has yet to convince all of its creditors to approve its debt restructuring proposals.

The company held a vote, supervised by the Jakarta Commercial Court, in Jakarta on Friday for its creditors to decide whether or not they would accept the proposals.

The vote was attended by representatives of all six secured creditors; including Mizuho Bank, Bank Central Asia and state-owned Bank Mandiri. Of 214 unsecured creditors, 211 attended the vote.

For the proposal to be accepted, publicly listed Berlian Laju needed to get approval from a majority of creditors — in terms of numbers — and a majority of two thirds in debt value of both its secured and unsecured creditors.

The company gained approval from 146 of 211 unsecured creditors present, which represented about 70 percent in number and 82 percent of debt value of the unsecured creditors. BLTA obtained approval from four of six secured creditors representing 67 percent in number but only 57 percent in debt value.

Mizuho and Mandiri voted against the proposal, preventing BLTA from gaining approval as the debt value fell short of the required 66 percent of the total secured debt.

According to bankruptcy and debt maturity extension (PKPU) law, if a company gains approval from more than 50 percent in number and 50 percent in value of both unsecured and secured creditors, it is required to hold a second vote within eight days of the first vote.

After the vote, presiding judge Sujatmiko ordered the second vote to be held on March 14 and told Berlian Laju to come to an agreement with Mandiri and Mizuho. If no agreement is reached by April, the company may be declared bankrupt.

The company’s misery began when it decided to launch a mega expansion by acquiring the US$850 million US-based chemical tanker company Chembulk Tankers LLC in 2007.

The acquisition was carried out by subsidiary Asean Maritime Corporation and Berlian Laju turned to loans to fund the expansion.

According to its financial statements, it has outstanding debts of $1.9 billion, $418 million of which are in the form of principal payments. In early 2012, it decided to freeze repayment of the $418 million debt due that year.

Some of the key points included in Berlian Laju’s proposal are the completion of debt repayment by the seventh year for mandated lead arranger lenders and the commencement of debt repayment for unsecured creditors starting from the third year.

Mandiri legal representative Junaidi Tirtanata said the bank objected to Berlian Laju’s proposal, which mentions that the latter will repay its $26.4 million debts to Mandiri in six years.

“We want the debt repayment to complete within four years and the sale of six ships to proceed unconditionally,” he said. Berlian Laju has secured as many as six ships — Gas Jawa, Gas Sumatra, Bramani, Pradapa, Ontari and Kunti — with Mandiri.

Berlian Laju Tanker’s executives declined to comment after the vote. Meanwhile, Borrelli Walsh, the company’s financial advisor, said in a statement that “Berlian Laju will work with its secured creditors for approval of the restructuring plan”

BLTA dan Kreditur Separatis akan Voting Ulang

Oleh: Agustina Melani
pasarmodal – Sabtu, 9 Maret 2013 | 17:30 WIB

INILAH.COM, Jakarta – PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) akan kembali menggelar pemungutan suara pada kreditur separatis untuk menyetujui penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) BLTA.

Perseroan telah meraih dukungan dari para kreditur konkuren untuk menyetujui proposal restrukrisasi sehingga perseroan memperoleh mayoritas 70% berdasarkan jumlah kreditur yang hadir, dan 82% berdasarkan nilai utang. Sementara dari kreditur separatis, perseroan baru memperoleh 67% berdasarkan jumlah kreditur yang hadir dan 57% berdasarkan nilai utang untuk menyetujui proposal restrukrisasi.

Bagian yang diperoleh PT Berlian Laju Tanker Tbk dari para kreditur separatis ini tidak cukup untuk memenuhi bagian yang diperlukan untuk persetujuan proposal restrukrisasi. Hal itu karena rencana restrukrisasi dapat disetujui oleh para kreditur BLTA, dibutuhkan mayoritas dari segi jumlah kreditur dan mayoritas 2/3 dari segi nilai baik dari para kreditur konkuren maupun kreditur separatis.

Berdasarkan UU Kepailitan dan PKPU pasar 152 dan 153, apabila BLTA memperoleh lebih dari 50% jumlah kreditor yang hadir pada rapat dan mewakiliki paling sedikit 50% dari nilai utang kreditur baik konkuren maupun separatis yang menyetujui untuk menerima propsal restrukrisasi, maka hakim pengawas berhak menyelenggarakan pemungutan suara kedua dalam jangka waktu paling lambat delapan hari setelah tanggal rapat diadakan.

“Hakim memutuskan pertemuan berikutnya akan diselenggarakan pada 14 Maret 2013. Perseroan akan bekerjasama dengan para kreditur separatis untuk dapat meraih suara yang diperlukan dari para kreditur separatis untuk menyetujui proposal restrukrisasi,” demikian tertulis dalam siaran pers yang diterima INILAH.COM, akhir pekan ini.

Tinggalkan komentar